Pengabdian untuk Umat dan Almamater Ungu STAI Al-Muhajirin Warnai Tabligh Akbar di Desa Sukamanah
PURWAKARTA – Bada Magrib 18 Agustus 2024, suasana Masjid Baiturrahman di Kampung Hegarmanah, Desa Sukamanah, Purwakarta, mendadak lebih hidup. Para mahasiswa STAI Al-Muhajirin berkumpul di sana. Mudah mengenali mereka—dari almamaternya yang berwarna ungu.
Mereka tak hanya berdiri di antara sesama, tetapi juga berbaur dengan warga sekitar, menyatu dalam acara Tabligh Akbar bertajuk Dakwah Pengabdian Umat dan Santunan Anak Yatim.
Tema acaranya kuat, penuh makna, serasi dengan nuasa peringatan Hari Kemerdekaan yang baru lewat sehari: Memupuk Jiwa Nasionalis, Meneguhkan Keimanan, Membentuk Generasi yang Dinamis, Unggul, dan Mandiri.
Tak sekadar slogan, inilah yang mereka coba wujudkan di tengah masyarakat Desa Sukamanah. Mahasiswa STAI Al-Muhajirin ini sedang menjalani Kuliah Pengabdian Umat (KPU)—bagian dari perjalanan akademis mereka yang lebih dari sekadar teori di dalam kelas.
Malam itu, Masjid Baiturrahman yang sederhana menjadi pusat perhatian. Puluhan mahasiswa, bersama masyarakat, duduk bersama dalam kehangatan, mendengarkan ceramah demi ceramah yang mengalir. Hadir pula Kepala Desa Sukamanah, Dadang Saputra. Ia menyempatkan diri untuk menyaksikan langsung bagaimana generasi muda ini mengambil bagian dalam dakwah dan pengabdian.
Ust. Dr. H. Amit Saepul Malik, M.Pd.I, Wakil Ketua 2 STAI Al-Muhajirin, memulai dengan pesan yang mendalam. Beliau mengingatkan akan pentingnya memperbanyak istighfar, mengutip sabda Rasulullah SAW:
Barangsiapa memperbanyak istighfar, maka Allah akan membebaskannya dari kedukaan, dan memberinya jalan keluar bagi kesempitannya, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak diduga-duganya.” (HR Abu Dawud).
Setelahnya, Dr. KH. Cece Nurhikmah, M.Ag., Ketua STAI Al-Muhajirin, melanjutkan dengan ceramah yang menyejukkan hati. Ucapannya menggugah, dan memberi dorongan agar setiap hadirin lebih menghayati nilai-nilai kebangsaan dan keimanan yang sejalan.
Ceramah-ceramah itu tentu saja menjadi pengingat bagi yang mendengarkan, dan sekaligus menjadi penguat bagi para mahasiswa yang sedang mengemban amanah di desa ini. Pengabdian yang mereka lakukan bukan sekadar kewajiban akademik, tetapi sebuah langkah nyata dalam mengaplikasikan ilmu yang telah mereka pelajari.
Malam semakin larut, tetapi semangat para mahasiswa dan warga tak surut. Mereka yang datang tak hanya mendapat siraman rohani, tetapi juga berkesempatan untuk berbagi dalam kebaikan—santunan untuk anak yatim turut menjadi bagian dari acara ini.
Dalam kesederhanaan, Tabligh Akbar ini menjadi pengingat bahwa pengabdian tidak harus menunggu waktu atau kesempatan besar. Pengabdian bisa dimulai dari langkah kecil—seperti berkumpul di masjid desa, berdakwah untuk umat, dan menyantuni anak yatim.
Dan di Sukamanah, pada malam itu, langkah kecil tersebut diambil dengan penuh keyakinan. Bagi para mahasiswa STAI Al-Muhajirin, ini adalah momen yang tak akan terlupakan. Sebuah bukti bahwa di balik almamater ungu itu, tersimpan jiwa-jiwa muda yang siap membentuk generasi yang lebih dinamis, unggul, dan mandiri.